Rabu, 03 Juni 2009

Mengenal Allah

Oleh:
Abdurrahman Abu Aslam al-Atsary


Ma'rifatullah atau mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan satu perkara wajib yang mesti diketahui oleh seorang muslim karena tanpa mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia tidak akan mungkin bisa meraih kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.

Mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan salah satu dari tiga pertanyaan yang akan ditanyakan oleh malaikat kepada manusia tatkala mereka masih berada di alam Barzakh (alam kubur). Adapun tiga pertanyaan itu adalah sebagai berikut:
1. Pertanyaan tentang siapa Robbmu
2. Apa agamamu
3. Siapa Nabimu

Ketiga pertanyaan di atas merupakan tiga landasan pokok yang wajib diketahui oleh setiap muslim. Ketidaktahuan seseorang kepada tiga hal tersebut akan menyebabkan ia mendapat azab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

[Pertanyaan di alam kubur dapat dilihat di HR. Abu Dawud (no. 4753), Ahmad (IV/287,288,295,296), al Hakim (I/37-40), Ahkamul Janaa’iz (hal. 199-202), Syarah Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah (hal.306). Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh adz-Dzahabi.]

Apa tujuan yang hendak dicapai ketika seseorang mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala ?
Seseorang yang tidak mengerti tujuannya, maka ia akan berada dalam kebingungan dan terombang-ambing sehingga ia akhirnya terjatuh ke dalam lembah kesesatan dan kebathilan. Syaikh Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa; ketika seseorang telah mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan benar, maka secara pasti ia akan mempunyai beberapa sikap yang akan tampak pada dirinya, diantara sifat tersebut adalah:

1.Menerima syariat yang ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2.Tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3.Menjadikan Syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai penentu hukum.

Timbul pertanyaan bagi kita, kenapa banyak orang tidak mau menerima Syariat Islam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan ? kenapa banyak kaum muslimin tidak mau patuh dan tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ? Bahkan mereka lebih mendahulukan hawa nafsunya ketimbang mentaati perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan diantara mereka masih berhukum dengan hukum yang mereka buat sendiri dan tidak berhukum dengan hukum Allah secara menyeluruh.

Jawaban pertanyaan di atas yaitu mereka tidak mengenal Allah Tabaaraka wa Ta’ala dengan benar dan sempurna. Mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan benar dan sempurna akan membuahkan ketaatan dan kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Siapakah Robb-mu (Tuhanmu)?

Agar seorang muslim bisa mengenal Robbnya dengan baik dan bisa patuh serta mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka mereka wajib mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan benar dan menurut pandangan Syariat Islam.

Robb kita adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dialah yang menciptakan kita, Yang memberi rezeki, Yang menghidupkan dan mematikan, Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta’ala Robbul 'alamin, Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala Dzat yang wajib kita sembah. Hanya Dia Subhanahu wa Ta’ala yang kita sembah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya dalam bentuk apapun. Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menurunkan kepada makhluknya semua nikmat. Nikmat-nimat Allah Tabaaraka wa Ta’ala tidak terhitung banyaknya. Allah Ta’ala berfirman: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan bisa menghitung-Nya.” (QS. an-Nahl: 18).

Wahai Saudaraku, untuk lebih meyakinkan kita tentang siapakah Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka mari kita ambil pelajaran dari al-Qur'an kalamullah:

1.Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Pencipta kita.
Allah Ta’ala berfirman: “Dialah (Allah) yang telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian menetapkan ajal(kematianmu),….” (QS. al-An'am:2).

2.Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Pemberi rezeki.
Sebagaimana firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala: “Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki dan Yang Maha Kuat lagi sangat Kokoh” (QS. adz-Dzaariyat: 58)

3.Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya saja.
Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta’aala berfirman: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku(mentauhidkan-Ku).” (QS. adz-Dzaariyat: 59)

Arti tauhid adalah mengesakan Allah dalam ibadah. Disebutkan dalam hadits qudsi dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Wahai anak adam ! Beribadahlah kepada-Ku niscaya Aku akan penuhkan dadamu dengan rasa kecukupan dan Aku menutupi kefakiranmu. Jika tidak, maka Aku akan penuhkan dadamu dengan kegalauan dan Aku tidak akan menutupi kefakiranmu.” [Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad(16/8681) dan Tirmidzy(4/2466). Dishahihkan oleh Ahmad Syakir dan juga dishahihkan oleh Syaikh al-Albany.]

Saudaraku, ketahuilah bahwa semua bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada Allah semata dan tidak boleh dipalingkan kepada selain-Nya sedikitpun. Contoh ibadah misalnya: do’a, sholat, puasa, haji dan lain-lain. Maka kita tidak boleh berdo’a kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak boleh berdo’a kepada selain-Nya. Jika kita berdo’a kepada Allah maka kita harus berdo’a langsung kepada Allah, karena demikianlah Allah memerintahkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS al-Mu’min: 60). Jelas bagi kita dalam ayat ini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk langsung berdo’a kepada-Nya. Oleh sebab itu, walaupun kita seorang yang memiliki banyak dosa kita tetap harus berdo’a langsung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak boleh kita berdo’a kepada orang yang telah mati, walaupun dia seorang nabi, rasul, wali dan sebagainya, ataupun menjadikan mereka sebagai perantara do’a kita kepada Allah karena ini adalah suatu bentuk kesyirikan. Kesyirikan adalah dosa besar yang dapat membatalkan keislaman dan pelakunya akan dimasukkan ke dalam naar (neraka). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “…Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang yang zalim itu seorang penolongpun.” (al-Ma’idah: 72). Syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan Allah. Atau dengan kata lain syirik artinya menyekutukan Allah. Allah Ta’ala berfirman: “….Barangsiapa yang mempersekutukan Allah (berbuat syirik), maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisaa’: 48)

4.Allah Subhanahu wa Ta’aala merupakan Robb sekalian alam.
Sebagaimana dalam firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala: “Segala puji bagi Allah Robb semesta alam alam”. (QS. al-Fatihah: 2)

Robb semesta alam artinya: Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala Pencipta alam semesta, Pengurus dan Pembimbing mereka dengan segala nikmat-Nya, serta dengan mengutus para Rasul-Nya, menurunkan kitab-kitab-Nya dan Pemberi balasan atas segala perbuatan makhluk-Nya.

Apa metode (manhaj) dalam mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala ?

Hal ini sangat perlu dan wajib kita ketahui, karena tatkala seseorang tidak mengenal cara yang benar dalam mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ia akan mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara-cara yang keliru. Contoh kekeliruan dalam mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah dengan anggapan bahwa mengenal Allah Tabaaraka wa Ta’ala seperti mengenal diri sendiri, perkataan mereka tersebut dilandaskan pada sebuah hadits: “Siapa yang mengenal dirinya maka mereka akan kenal dengan Tuhannya” padahal ungkapan ini adalah hadits yang tidak ada asal usulnya sehingga tidak bisa dijadikan dalil (landasan) karena hadits ini tidak sah (shahih) datangnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Imam an-Nawawi mengatakan bahwa hadits ini tidak ada asalnya. Al-‘Allamah al-Fairuz Abadi berkata: “Tidaklah termasuk hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sekalipun kebanyakan manusia menganggapnya sebagai hadits Nabi…”. [Silahkan lihat buku “Koreksi Hadits-Hadits Dha’if Populer” tulisan Ust Abu Ubaidah hal. 43-44].

Adapun manhaj (metode) dalam mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah:

1.Memperhatikan dan memikirkan ciptaan Allah Ta’ala dan keagungan-Nya, karena dengan melakukan hal seperti ini akan mengantarkan seseorang kepada mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengenal kekuasaan-Nya, dan keagungan-Nya serta rahmat-Nya. Dalam hal ini Allah Tabaaraka wa Ta’aala berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pada pertukaran malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.” (QS. Ali Imran: 190)
Tatkala seseorang mau mengkaji ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, maka dengan sendirinya mereka akan semakin yakin dan kagum kepada Penciptanya, yang tidak bisa disaingi oleh siapapun serta tidak ada yang serupa dengan-Nya, Allah Ta’ala berfirman: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia(Allah), dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. asy-Syura: 11). Lihatlah langit, bulan, matahari, siang, malam, bahkan manusia sendiri yang diciptakan dalam sebaik-baik bentuk. Semua ini menunjukkan kehebatan Sang Pencipta. Allah Ta’ala berfirman: “Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. at-Tin: 4)

2.Mengkaji ayat-ayat Syar'i (al-Qur'an)
Seseorang yang ingin kenal dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka suatu keharusan baginya untuk memandang dan mempelajari ayat-ayat Syar'i, yaitu al-Qur'anul Karim. Karena tidak cukup hanya dengan melihat keagungan ciptaan-Nya saja. Al-Qur'an akan memberikan keyakinan dan akan memperkenalkan kepadanya tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia (al-Qur’an) merupakan wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala, di dalamnya terdapat kemaslahatan-kemaslahatan yang besar, karena tidak akan bahagia kehidupan makhluk, baik di dunia maupun di akhirat kecuali dengan mengenal-Nya. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Maka apakah mereka tidak mentadabburi al-Qur'an. Kalau sekiranya al-Qur'an itu bukan dari Allah, maka sungguh mereka akan mendapati perselisihan yang sangat banyak di dalamnya.” (QS. an-Nisaa': 82)

Tentu semua ini harus dikaji dengan ilmu, sedangkan untuk mendapatkan ilmu seseorang tidak boleh berpangku tangan, atau menunggu datangnya ilmu tersebut. Hendaklah seseorang yang akan mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala mau belajar, hadir di majelis-majelis ilmu dan mempunyai perhatian tentang Aqidah yang Shohih. Ketahuilah, Allah akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Ta’ala berfirman: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengrtahuan beberapa derajat.” (QS. al-Mujadilah: 11). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan untuknya, Allah jadikan ia faham akan agama.” [Diriwayatkan al-Bukhari, Kitab al-Ilm (no. 71) dan Muslim, Kitab Zakat (no. 2387-2389).]

Semakin tinggi ilmu seseorang tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ia akan semakin mengetahui nikmat dan manfaat yang dapat ia rasakan, bahkan ia akan semakin takut untuk melakukan perbuatan dosa dan maksiat, dan juga ia akan merasakan semakin kuat dorongan di dalam beramal sholeh dan melaksanakan syari'at agama ini. Hal ini disebabkan karena perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah realisasi dari mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala. Untuk menambah bahan bacaan, dalam hal ini kami anjurkan para pembaca untuk membaca buku-buku aqidah seperti: Syarah Tsalatsatul Ushul oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin atau oleh Syaikh Sholeh al-Fauzan, dan kitab Tauhid oleh Syaikh Sholeh al-Fauzan dari jilid 1-3.

4 hal pokok yang wajib diperhatikan dalam mengenal Allah Subhanahu wa Ta’aala dan beriman dengan-Nya:

1.Beriman dengan adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Seseorang harus meyakini adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik dengan dalil naqli (al-Quran dan Sunnah) maupun dalil akal. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta’aala berfirman: “Katakanlah (Muhammad); siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan ? Maka mereka akan menjawab: “Allah…..” (QS. Yunus: 31)

2.Beriman dengan Rububiyah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Meyakini bahwa Dialah satu-satunya Robb, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menghidupkan, mematikan, memberi rezki, serta mengatur alam semesta ini. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Musa menjawab, ‘Sesungguhnya kamu telah megetahui bahwa tidak ada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata, dan sesungguhnya aku mengira kamu, wahai Fir’aun, adalah seorang yang akan binasa.’” (QS. Al-Israa’: 102). Imam Ibnul Qayyim berkata bahwa konsekuensi rububiyah adalah adanya perintah dan larangan kepada hamba, membalas yang berbuat baik dengan kebaikan, serta menghukum yang jahat atas kejahatannya. [Lihat Madarijus Salikin, I, hal. 68.]

3.Beriman dengan Uluhiyah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah satu-satunya Dzat yang harus disembah dan diibadati serta tidak berbuat syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’aala. Allah Ta’ala berfirman: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, malainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.” (al-Anbiya’ :25)

4.Beriman dengan asma' dan sifat-Nya.
Meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang husna sesuai dengan kemuliaan-Nya, dan wajib menetapkan nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya yang telah Dia tetapkan bagi diri-Nya di dalam al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Karena tidak seorang pun yang lebih mengetahui Allah daripada Allah sendiri, dan tidak ada –sesudah Allah- orang yang lebih mengetahui Allah daripada Rasul-Nya. Tidak boleh bagi kita membatasi sifat Allah dalam jumlah tertentu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki banyak sifat. Wahai saudaraku, ketahuilah bahwa barangsiapa yang mengingkari nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sifat-sifat-Nya atau menamakan Allah dan menyifati-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-Nya atau menta’wilkan dari ma’nanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan berdusta terhadap Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman: “Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah ?” (al-Kahfi : 15)

Buah dari mengenal Allah Subhanahu wa Ta’aala (Ma'rifatullah)

Ketika seorang muslim telah kenal dengan Robbnya dengan benar, maka dengan sendirinya ia akan merasakan kenikmatan, ketenangan dan kebahagian hidup serta mampu menghadapi kehidupan dengan baik.

Syaikh Utsaimin rahimahullah mengatakan dalam kitab beliau Syarah Tsalasatul Ushul, bahwa buah yang didapatkan bagi orang yang beriman dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala (ma'rifatullah) adalah sebagai berikut:

1.Terwujudnya tauhid yang sesungguhnya, karena ia tidak lagi mempunyai ketergantungan, pengharapan dan rasa takut kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja, dan ia tidak menyembah kecuali hanya kepada-Nya.

2.Sempurna cintanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengagungkan-Nya, disebabkan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai nama-nama yang husna dan sifat-sifat yang tinggi yang tidak sama dengan makhluk. Dengan mengetahui hal tersebut, akan bertambah keyakinannya dengan kesempurnaan Allah Subhanahu wa Ta’ala .

3.Dengan mengenal Allah Subhanahu wa Ta’aala dan beriman kepada-Nya, maka seseorang bisa mewujudkan ibadah yang sesungguhnya kepada Allah Ta’ala dengan melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.

Demikianlah pembahasan ini semoga ini menjadi pintu gerbang bagi kita untuk mengenal Allah Subhanahu wa Ta’aala lebih dalam lagi, sehingga kita akan merasakan kelezatan beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala . Wallahu a'lam.


Rujukan:
1.Tulisan Ustadz Faishal Abdurrahman, buletin darel iman.
2.Tulisan Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, buku "Syarah Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah".
3.Tulisan Ustadz Abu Ubaidah Yusuf as-Sidawi, buku “Koreksi Hadits-Hadits Dha’if Populer”.

Tidak ada komentar: