Rabu, 03 Juni 2009

Prinsip Dasar Aqidah Islam

Prinsip Dasar Aqidah Islam PDF Cetak E-mail

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'aala yang telah memberikan kita nikmat Islam sebagai agama. Kemudian shalawat beserta salam tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya ridwaanulaahi ‘alahim ajma'in dan orang-orang yang mengikutinya sampai akhir zaman dengan kebaikan. Diantara nikmat yang paling besar dan berharga ialah ketika seseorang hidup dalam keadaan Islam dan beriman, yaitu beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'aala, Dialah satu-satunya Dzat yang berhak kita ibadati, sebagaimana yang diucapkan oleh Imam Abu 'Aliyah rahimahullah, seorang pembesar tabi'in yang mengatakan: "Sungguh Allah Subhanahu wa Ta'aala telah memberikan kepadaku dua nikmat, dan aku tidak tahu mana antara keduannya lebih afdhol (utama), yaitu Allah Subhanahu wa Ta'aala memberiku hidayah untuk memeluk Islam, dan tidak menjadikan aku seorang Haruri (kelompok Khawarij).

Dan kita telah yakin bahwa agama Islam merupakan agama yang haq (benar), satu-satunya agama yang sah di sisi Allah Subhanahu wa Ta'aala, sedangkan agama lain tertolak, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'aala: "Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, sedangkan dia di akhirat termasuk dari orang-orang yang merugi". (QS. Ali 'Imran/3: 85)

Dari ayat itu, jelaslahlah akan tertolaknya ungkapan-ungkapan yang menyatakan bahwa semua agama sama.

Salah satu permasalahan yang wajib diketahui oleh seorang muslim adalah mengetahui ajaran-ajaran Islam secara benar. Dengan demikian, dia telah menyelamatkan agamanya, menyelamatkan dirinya dari fitnah dunia dan akhirat, serta mampu nantinya untuk menjawab pertanyaan malaikat dengan benar di alam kubur, yaitu: "Apa agamamu". Tulisan singkat ini akan menerangkan beberapa hal penting yang berkenaan dengan Islam.

Islam memiliki definisi secara syar'i -sebagaimana yang didefinisikan oleh para ulama-: "Islam adalah berserah diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'aala dengan bertauhid dan tunduk kepadanya, dengan berlepas diri syirik dan pelakunya". Dari definsi tersebut ada tiga permasalahan pokok yang penting didalam makna Islam, yaitu:

1. Berserah diri dengan tauhid.

Artinya, bahwa seorang hamba berserah diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'aala dengan cara beribadah hanya kepada-Nya, tidak kepada yang lain. Hal ini merupakan inti dakwah para Rasul, yaitu mengajak manusia hanya beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'aala, bukan kepada selain-Nya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman: "Dan sungguh telah Kami utus seorang Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allah)". (QS. an-Nahl/16: 36)

2. Berserah diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'aala dengan ketaatan.

Maksudnya, seorang muslim harus menundukkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'aala dengan melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Ketahuilah wahai kaum muslimin; bahwa semua tindak tanduk kita akan dimintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'aala pertanggungjawabannya, dimana ketika itu tidak lagi bermanfaat harta benda dan anak keturunan, sebagaimana yang telah Allah Subhanahu wa Ta'aala jelaskan dalam al-Qurân: "Yaitu pada hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan anak, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (selamat)." (QS. Asy-Syu'aro'/26: 88-89 )

Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mempertegas dalam haditsnya: "Tidaklah akan bergeser kedua telapak kaki anak Adam, hingga dia ditanyai tentang empat perkara; tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya apa yang telah ia amalkan, tentang hartanya, darimana dia dapatkan dan kemana dia belanjakan, dan tentang badannya dipergunakan untuk apa". (HR. at-Tirmidzi: 2417, Shohih)

3. Berlepas diri dari segala bentuk kesyirikan.

Artinya, wajib hendaklah bagi seorang muslim untuk menjauhi syirik beserta segala bentuknya dan pelakunya. Hal inilah yang telah dicontohkan oleh Bapak para Nabi, yaitu Ibrahim ‘alaihissalaam, sebagaimana yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta'aala dalam al-Qurân, yang artinya: "Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: 'Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu, dan dari apa-apa yang kalian sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antar kami dan kamu permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Allah saja". (QS. al-Mumtahanah/60: 4)

Ketahuilah wahai kaum muslimin, bahwa perbuatan syirik mempunyai efek yang sangat bahaya dalam Islam, dia menyebabkan rusaknya amal seseorang, tidak diampuni dosa pelaukunya, dan akan mengekalkan pelakunya didalam api neraka, akan melemahkan keyakinan, merusak akal, sehingga tidak peduli lagi mana yang benar dan mana yang salah. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta'aala telah mengharamkan surga bagi orang-orang yang berbuat syirik.

Untuk lebih meyakinkan hati kita marilah kita simak dalil-dalil yang menunjukkan bahaya syirik tersebut, baik dari al-Qurân maupun bersumber dari sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

A. Dalil-dalil dari al-Qurân

    1. Allah Subhanahu wa Ta'aala menyatakan bahwasanya dosa syirik tidak akan diberikan ampunan (jika pelakunya mati dalam keadaan belum bertaubat perbuatan syirik).

Allah Subhanahu wa Ta'aala berfirman yang artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan akan mengampuni dosa selainnya, bagi orang dikehendakinya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat dosa yang besar". (QS. an-Nisa'/4: 48)

2. Allah Subhanahu wa Ta'aala haramkan surga-Nya bagi orang yang berbuat syirik.

Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'aala yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah haramkan baginya surga, dan tempatnya ialah neraka, dan tiadalah ada bagi orang-orang yang zholim itu seorang penolongpun". (QS. al-Maidah/5: 72)

3. Syirik menghapus pahala semua amal shalih.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman yang artinya: "Kalau sekiranya mereka berbuat syirik maka lenyaplah seluruh amal yang mereka kerjakan". (QS. al-An'aam/6: 88)


B. Dalil-dalil dari hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Ketika salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: "Ya Rasulullah, dosa apakah yang paling besar? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Engkau jadikan bagi Allah Subhanahu wa Ta'aala sekutu, padahal Dia-lah yang telah menciptakanmu". (HR. Bukhari: 447)

Bahkan dalam riwayat hadist yang lain, ketika seseorang berjumpa Allah di akhirat tanpa mempersekutukan-Nya, maka Allah akan berikan surga baginya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya: "Barangsiapa yang bertemu dengan Allah 'Azza wa Jalla dengan tidak berbuat syirik sedikitpun maka ia akan masuk surga". (HR. Bukhari: 1/231).

Syirik merupakan induk dari segala dosa besar, sehingga diletakkan pada peringkat pertama dalam dosa besar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: "Apakah kalian suka kalau sekiranya aku beritahukan kepada kalian sebesar-besarnya dosa? Kami (para sahabat) menjawab: Tentu saja Ya Rasulullah, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta'aala dan durhaka kepada kedua orangtua,..... (HR. Bukhari Muslim)

Oleh karena itu, kita serukan kepada kaum muslimin, berhati-hatilah dari bahaya syirik ini dan jangan sampai kita terjerumus kedalam lembah kesyirikan meskipun perbuatan itu adalah syirik kecil. Wallahu a'lam bishshawaab.

(diambil dari Website www.dareliman.or.id

Tidak ada komentar: